Jumat, 05 September 2008

belajar dari Paku dan Pohon

beberapa waktu lalu mas Isa, SPsi mengajak ngobrol tentang saling memaafkan. diskusi kami menjadi seru karena ternyata hingga saat ini, terkadang aku masih belum bisa memaafkan orang lain, terutama yang telah menyakiti aku hingga perut bumi (cieh, sedalam-dalamnya maksudnya). selama ini aku berprinsip "kalo kamu bersalah padaku satu kali, maka kamu harus malu padaku. dan jika kamu bersalah padaku dua kali, maka aku yang harus malu padamu". untuk itulah jika aku sampai dihina dan dicaci maki, aku akan berusaha membuktikan diDEPAN MATANYA kalo aku jauh lebih baik dari apa yang ia tuduhkan padaku.

dengan bijaknya ia bercerita tentang kisah anak pemarah dan ayahnya yang sangat sabar membimbing anaknya yang bertabiat buruk itu.

si anak selalu mendapatkan masalah dengan sifat buruknya itu. pertengkaran, permusuhan, perkelahian, berkata kasar, dll menjadi perilakunya sehari-2. tetapi setiap kali selesai marah, si anak tadi curhat ke bapaknya. bapaknya (selalu) dengan sabar mendengarkan keluhan dan umpatan si anak tentang temannya yang baru saja berkelahi dengannya, atau tentang orang yang baru saja menyerempetnya ketika dijalan raya tadi pagi, dll.
sang ayah pun dengan sabar memberi nasehat. ini adalah nasehat ayah yang paling bijak: "anakku, jagalah amarahmu. mulai sekrang kamu harus berlatih menahan amarah. caranya sangat mudah. setiap kali kamu merasa jengkel dan marah pada seseorang, maka pergilah kamu ke pohon itu (sambil menunjuk pohon di belakang rumah). ambilah paku dan tancapkan paku itu pada pohon itu hingga dalam. lampiaskan amarahmu kesana."

si anak pun lalu berlatih untuk menerapkan apa yang ayah katakan padanya.

setelah beberapa waktu, ternyata ia pun berhasil melatih untuk menahan emosi dan amarahnya. dan pohon itu penuh dengan tancapan paku lampiasan amarah anak.

sianak yang merasa telah merasakan perubahan itu, dengan gembiranya berkata pada ayahnya, "ayah, aku telah berubah, aku tak lagi orang yang pemarah."

ayh pun juga girang, dan ia melanjutkan, "anakku, maukah kamu tahu bagaimana agar perubahanmu itu menjadi sempurna?"

"katakan padaku, ayah!!!" kata si anak

"ada 2 hal. pertama, kamu ambil semua paku yang tertancap di pohon itu. semuanya."

"untuk apa ayah?" tanyanya

"sudahlah, lakukan saja!!!" jawab ayah

si anak pun melakukan apa yang ayah katakan. ia mencabut semua paku yang ada di pohon.

"sekarang apa lagi ayah?" tanya anak tidak sabar.....

"sekarang kamu kembalikan lagi pohon itu seperti semula. tak ada lubang, juga luka."

si anak lalu tertunduk lemas dan menangis. menyesal karena telah menjadi orang yang pemarah.

____________________________________________________________________________________


mas Isa mengatakan, pohon itu adalah kamu gus. memang kamu sudah bisa melupakan paku itu. tapi luka di hatimu dan rasa sakitnya itu, aku yakin takkan pernah kamu lupakan. untuk itulah kenapa orang yang memafkan orang lain berpahala sangat tinggi dihadapan Allah. berat memang, tapi tak ada yang tak mungkin didunia ini. ayolah kita belajar untuk setulus hati memaafkan orang lain.

saat ini adalah bulan suci ramadhan. bulan yang sangat baik untuk memaafkan. bulan yang Allah saja- yang sering dihina sama hambaNya, bahkan dengan terang2an perintahNya dilanggar saja, padahal ia Yang telah Menciptakan hambaNya itu - mau memaafkan. seharusnya kamu (gusti) yang bukan Sang Maha Menciptakan orang yang kamu benci itu, bisa memaafkan orang lain itu. ok.

tak terasa uraiannya yang halus ini merasuk kedalam kalbuku. aku tergugah. untuk itu di saat dan hari yang sangat indah ini, aku ingin mengucapkan MOHON MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA atas kesalahan yang telah kuperbuat kepada semua keluarga, teman-teman, kerabat, dan semuanya. dan insya Allah aku akan memaafkan apa yang semuanya perbuat padaku (insya Allah, aku mau belajar untuk itu).

kisah pohon dan paku, telah mengajariku satu hal yang sangat indah di hidup ini. terima kasih Allah Tuhan Yang Maha Memaafkan, Terima kasih mas Isa atas advise dan pelajaran yang berharga ini. terima kasih semuanya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda