Minggu, 13 April 2008

perjalanan mencari Tuhan

Tuhan dicari? emang Tuhan itu diragukan keberadaannya? berarti kafir dong? berarti ga percaya adanya Tuhan dong?

ya Allah ampuni hambaMu ini yang sedang mencarimu. bukan hamba meragukan kebesaranMu, bukan pula keberadaanMu. namun hambaMu yang "terbatas" ini hanya mencoba untuk mantap mencintaiMu.

sohib, baru-2 ini aku menyadari istilah "pergolakan batin", "perang jiwa". mungkin 2 istilah itu yang cocok menggambarkan kondisiku ketika aku duduk di bangku kelas 3 SMP. nalar dan logikaku menerawang jauh keberadaan Tuhan. bukan untuk meragukannya, namun untuk memahami arti "cinta" padanya. memahami arti sholat, zakat, puasa, dan amalan lain yang kulakukan untuk sebuah Dzat yang dinamakan "Tuhan".

siapa Tuhan itu? sesosok mkhluk yang besarkah? seorang raja dengan mahkota emas 24 karat dan bertabur jutaan berliankah? atau bapaknya nabi Adam?

kata orang, Tuhan itu tiada berawal? seawal apakah itu? seawal nabi Adam diciptakankah?. jadi ketika Tuhan ada, Dia langsung menciptakan Adam. atau seawal Malaikat diciptakan?

kata orang, Tuhan itu Maha Besar, Tuhan juga Maha Pencipta. lalu.......(maaf Tuhan!) bisakah Tuhan menciptakan sebuah batu yang sangat besar. besar sekali, melebihi kebesaran Tuhan. jika ya, berarti Tuhan tak lagi maha besar dong, karena sudah ada sang Batu Besar. jika Tidak, berarti Tuhan bukan maha pencipta dong! karena Ia tak mampu menciptakannya.

aku bertanya, bertanya, dan bertanya. pada diriku sendiri, pada catatan harianku. pada guruku. pada kiaiku. pada kakak kelasku. pada Dunia.
........................
tak ada yang mampu menjawab.

lalu siapakah Tuhan, tempat aku menaruh sujud tertinggiku. tak bolehkah aku mengenalMu?

aku juga bertanya pada Quran. namun semakin aku bertanya, pikiranku semakin liar.

aku takut pada ancamannya pada orang yang meragukanNya. oh, sungguh aku takut. namun aku tak kuasa menahan rasa penasaran ini. jangan-jangan Tuhan hanyalah "sosok Fiktif" terhebat yang pernah didoktrin oleh manusia-manusia sepertiku.

cap "manusia atheis" yang selalu didengungkan guru PPKNku membuatku takut. ancaman neraka yang selalu diajarkan guru agamaku pun juga membuatku takut. hampir.hampir saja cap itu bertengger didiriku.

Tuhan, aku merana. Tuhan, aku takut. tapi aku benci diserang penasaran ini. Tuhan tunjukkan wujudMu. biarkan aku menjadi Musa yang selalu penasaran akan diriMu. atau Kirimkan Musa padaku untuk menampar, lalu meyakinkanku bahwa Engkau ada.

tak ubahnya, aku adalah makhluk penasaran akan sosok yang bernama "Tuhan".

pencarian terus berlanjut sampai aku duduk di bangku STM. awalnya, beberapa waktu aku tidak sholat. aku (sempat) benci padaNya tak kunjung menjawab pertanyaanku. sepertinya Ia mau menguji kesetiaanku, cintaku, dan sayangku padaNya.

aku lalu berdebat dengan kakak kelas yang selalu mengajakku sholat. aku tidak mau, dengan memberi alasan yang cukup logis (menurutku!). pun demikian ujung-2nya aku juga tetap sholat, sekedar menghargai senior dan tentunya aku takut dicap kafir dan atheis.

Tuhan, sumpah, tak ada sesuatu pun didunia ini yang bisa meragukanMu, termasuk hambaMu yang kecil ini. aku pun juga tak mau seperti ini.

memang benar kata dosenku, kondisi jiwa mempengaruhi fisik, dan sebaliknya fisik juga mempengaruhi jiwa.

jiwaku labil. aku tak tenang. pelajaran kelas pun menjadi tak mengasikkan lagi seperti SD. prestasi menurun jelas menjadi implikasi yang pas. aku tak lagi mendapat gelar "rangking 1" sperti masa-2 SD. mungkin Tuhan sedang marah padaku sehingga ia mencabut gelar itu dariku.

kelas 2 STM, aku masih labil. "penyakit" pencarian Tuhan ini semakin menunjukkan gejala-2 yang semakin aneh. aku semakin liar, bertingkah ini, itu tidak jelas. mungkinkah meragukanNya = menjauhiNya.

sungguh aku hanya mencari arti sujudku. karena jika memang Tuhan itu tak ada, aku hanya mau memberi sujudku pada kedua orang tuaku atau seseorang yang benar-benar aku kagumi. sekiranya seperti itu, berarti memang Tuhan adalah Dzat yang memang benar-2 tempat kita menaruh rasa kagum yang tertinggi.

mencari Tuhan......

pencarian selesai pada menjelang akhir kelas 3 STM. banyak hal yang kudapat tentang Tuhan. Tuhan ternyata Engkau ada. Tuhan bukanlah materi seperti kata Karl Mark. Tuhan adalah Tuhan.

satu hal yang cukup menyadarkanku adalah sebuah film, aku lupa judulnya. tokohnya mengatakan, "something you can not see, doesn't mean it nothing". kalimat ini diberikan saat ending film. sebuah kalimat menutup yang memiliki arti yang sangat penting dalam perjalananku mencari Tuhan.

Tuhan ada, namun dalam dimensi yang lain. dimensi. apa dimensi itu. aku tak memahaminya, sampai aku menemukannya lewat pelajaran fisika. bahwa 1 hari di bumi berbeda waktu dengan 1 hari di planet lain. 24 jam dibumi tak berarti 24 jam di planet mars, atau venus, atau yang lain. semuanya tergantung pada wujud dari dimensi ruang itu. dimensi ruangku dan Tuhan berbeda sama halnya ketika aku bayangkan diriku menjadi seekor semut.
ketika aku menjadi semut, seekor kucing bisa menjadi seekor dinosaurus yang sangat besar. aku juga bisa menganggap seekor tikus adalah sebesar gajah. sama seperti ketika aku (sebagai manusia) melihat gajah.
ketika aku menjadi semut, air satu bak mandi bisa berarti sama seperti samudra ketika aku (sebagai manusia) melihat samudra.

seperti itulah aku memahami arti sebuah dimensi. kita harus "keluar" dari diri kita dan membayangkan diri kita lebih kecil lagi dari itu.

aku juga mengenal istilah 'tak terhingga' dari pelajaran matematika. pelajaran itu manyadarkanku bahwa 'union' atau 'tak terhingga' itu ada.

dari matematika pula aku sadar bahwa 2 dimensi yang berbeda tidak akan pernah bisa menjadi satu. sama seperti kita menggabungkan 2 buah bangun datar menjadi satu tanpa penghubung tertentu. lingkaran dan segitiga, misalnya. kita tidak akan bisa membuat bangun segitiga lingkaran karena 2 bangun itu memiliki sifat dan karakter yang berbeda. bukan "segitiga dan lingkaran", bukan pula "segitiga dalam lingkaran", atau "segitiga luar lingkaran", namun "segitiga lingkaran". TIDAK AKAN PERNAH BISA.

sadar. itulah aku ketika masuk di semester akhir sekolahku di STM. aku menganggapnya sebagai "hari kemerdekaan" diriku. merdeka dari semua rasa tak percaya akan diriNya, dari semua pertanyaan-pertanyaan, dan semua tingkah laku aneh. aku begitu mempercayaiNya. dan aku siap untuk mengenalkan Tuhan pada dunia.
pantaslah jika memang sujud dan pengorbanan tertinggiku aku jatuhkan padaNya, karena memang Dialah sosok yang pantas untuk di kagumi, dicintai dan dihormati setinggi-2nya kagum, cinta, dan hormat.

Tuhan, I love you. wish see you at akherat!!!

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda