belajar dari penjual tahu
Ok, kali ini kita akan belajar dari seorang guru yang tak pernah menamai dirinya seorang guru, namun selayaknya dari dia kita juga patut belajar. Dia adalah seorang penjual tahu di kereta api yang sangat menginspirasiku.
Waktu itu aku di jakarta untuk sekedar melepas rindu bersama teman-teman baikku. Aku bertemu dengan Huda, Ronny, santos. Seharusnya kami berlima, tetapi Wuri baru saja menikah. Kami tidak mau mengganggunya. Tahulah....!
Aku dan ronny berangkat dari surabaya naik kereta api ekonomi. Walaupun ronni mampu untuk naik pesawat sekalipun, aku tetap membujuknya naik kereta ekonomi. Aku bilang, belum tentu nantinya aku bisa naik kereta itu lagi. Suasananya yang pasti aku rindukan.
Jakarta, oh tak kubayangkan aku akan datang lagi kesini. Kota yang tidak ada dalam daftar kota yang ingin aku tinggali. Bukannya apa-apa. Aku pernah kesini, disini sumpek sekali, semrawut, bising, polusi, panas, egois, penipuan dll.
Buku ”Iblis menggugat Tuhan” menemani perjalananku selama di kereta selain guyonan satir ala aku dan ronny. Aku juga ga membayangkan satu perjalanan sama dia tanpa temanku yang lain. Kami selalu bertengkar seperti Tom and Jerry, dan biasanya yang memisahkan dan melerai kami huda atau santos. Tuh orang menjengkelkan, tapi lucu. Hehehe, maaf ya ron. Pun begitu kamu tu hebat kok aku kagum padamu. Kamu bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama hanya bermodalkan ijasah STM. Ga semua orang bisa mendapatkan kesempatan itu. Ok?
Sesekali aku sangat serius dengan bacaanku yang menuntutku untuk berpikir keras ini. Betapa tidak, ternyata iblis mengklaim dirinya sebagai makhluk yang paling disayang Allah, makhluk yang sangat taat pada Allah. Melalui argumen-argumennya yang sekilas sangat logis, ia mencoba untuk menyesatkan manusia. Saranku, kalau kamu baca buku itu kamu harus punya iman yang tebal, lalu baca bismillah sebelum membaca, karena jika tidak, aku jamin kamu pasti akan larut dalam buaian kata-kata manisnya yang membujukmu untuk mengikuti jalannya.
Ditengah keseriusanku aku terbangunkan oleh si penjaja tahu yang menawarkan tahunya ke aku. Ini bukan yang pertama ia menawarkannya padaku. Sudah kesekian kalinya. Aku lupa berapa kali. Tapi aku tidak beli juga. Lalu ia pergi berkeliling lagi, dan aku lanjutkan petualanganku menyelami dunia fana sang iblis dalam menggugat Sang Khalik.
Krucuk. sepertinya cacing dalam ususku ikutan memberontak layaknya iblis yang sedang kubaca itu. Aku malas untuk makan nasi, tapi makan kacang atom yang dibawa ronni pun terlalu ringan. Aha, aku ingat! TAHU!. Ya sepertinya makanan itu tidak ringan juga tidak berat. Pas untuk seleraku saat ini.
Aku menunggu sang penawar lapar, si penjual Tahu. Sudah lama aku menantinya, tapi kok belum datang juga. Mungkin dia masih keliling di gerbong lain, pikirku. Aku sambil melanjutkan membaca.
Penjual itu masih belum datang.
Setelah lama, akhirnya datang juga. Tidak seperti yang aku lihat sebelumnya, saat ini, tahu dagangannya mulai berkurang dan hampir habis. Setelah aku membelinya, tanpa menunggu lama, apalagi menunggu ia harus mengambil duit untuk membayar kembalianku, aku segera melahap tahu goreng itu.
Lalu si penjual itu pergi.....
Dia berkeliling lagi sambil berteriak ”tahunya seribu mas, tahunya seribu bu...”
”tahunya seribu mas, tahunya seribu bu......”
Begitu terus. Suaranya yang agak melencing memancing penumpang belakangku untuk menirukan suaranya.
Dia datang dan melewati gerbongku lagi, kali ini tahunya tinggal 1 bungkus saja. Tanpa malu-malu, ia menawarkan pada penumpang depanku, ”mas, tahunya terakhir, mas....seribu mas” dan akhirnya penumpang itu membelinya.
Anganku melayang di saat dimana pertama kali si penjual tahu itu menjajakan tahunya untuk yang pertama kali. Setumpukan bungkusan tahu ada di pundaknya. Namun saat ini habis tak tersisa.
Sohib, bukan ”habis” yang aku kagumi, tapi perjuangan dia untuk menghabiskan barang dagangannya itu. Kamu tahu, bukan sekali- dua kali ia menjajakannya di hadapanku. Berkali-kali. Namun ia tak gentar. Ia terus menawarkan walaupun saat ini orang itu menolaknya. Dia yakin suatu saat orang itu akan membelinya. Ia terus menjajakannya, menawarkannya walaupun di orang yang sama, gerbong yang sama. Mungkin ia tinggal sebentar, lalu ia kembali lagi dengan menjajakan barang yang sama. Satu kali, dua kali, tiga kali, ia tak pernah gentar sampai orang lain itu merasa membutuhkannya dan lalu membeli tahunya.
Ia tak serta merta berhenti begitu saja. Ia pun tak kenal malu menawarkan kembali ke orang yang bahkan sudah membeli tahu itu. Sebuah keyakinan, ketekunan yang luar biasa, bukan?
Seringkali kita merasa sudah kalah hanya dengan penolakan atau kegagalan yang Cuma sekali saja. Lalu kita berhenti untuk mencoba dan melanjutkan perjuangan kita. Lihatlah seorang tukang penjual tahu yang terkadang pendidikannya pun masih lebih rendah dari kita, ia yakin bahwa setiap usaha yang dilakukan dengan terus-menerus akan mewujudkan hasilnya suatu saat. Mungkin bukan pada saat itu, tapi 1 jam lagi, atau besok, atau bulan depan, dll. Yang jelas, jangan pernah berhenti, terus lakukan.
Coba kita berpikir bagaimana jadinya jika si penjual itu berhenti pada penolakan yang pertama, atau mungkin yang kedua? Apakah barang dagangannya itu bisa laku habis terjual?. Sohib, dalam dunia ini kita selalu memandang luarbiasa orang yang sukses, tanpa kita melihat bahwa orang itu melakukan hal-hal biasa yang ia lakukan tiap hari, tanpa henti dan terus menerus.
Sohib berjanjilah padaku, kita akan sama-sama menjadi orang yang tak kenal lelah dan putus asa. Istirahat sesekali mungkin boleh, untuk mendapatkan kembali energi untuk melangkah lebih jauh lagi, namun jangan pernah berhenti. Karena ketika kita berhenti maka kesuksesan itu akan semakin jauh, dan kita ga akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti. Lihat saja anak kecil ini. Dia terus melangkah, walupun hanya langkah kecil
Sohib, ayo terus berjuang, terus berkarya. Mungkin saat ini kita tidak melihat hasilnya. Namun suatu saat pasti ada orang yang ”lapar” dan akan ”memanggil” kita, tanpa kita sadari kapan waktunya itu. Wayarzukhu min khisula yah tahzib. Sesunggunhnya rezeki Allah itu datang dari arah yang tak disangka-sangka. Insya Allah janji Allah benar adanya. Jangan berhenti. Terus melangkah. Kita pasti bisa, yes!!! Kayak kampanye aja. Hehehe.
Salam sukses dari sohibmu ini, ghosty.
Label: kedai motivasi
1 Komentar:
Halo gusss, wah kata2mu di blog seperti oasis di gurun suasana hatiku saat ini, bener katamu, kita harus mengejar mimpi sampek dapat !!! sukses buat ente...
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda