Minggu, 07 Desember 2008

prinsip persahabatan

Beberapa waktu yang lalu sahabatku tercinta Ika bertanya padaku bagaimana sih prinsip persahabatan itu. Bagaimana aku bisa mempertahankan relasiku.

Memang, dia adalah salah satu saksi betapa selama ini aku bisa bertahan hidup dan berkarya sampai saat ini karena kemampuanku merawat persahabatan dan mengambil hikmah dari persahabatan itu.

Dengan senang hati aku ingin berbagi dengannya bahwa ada beberapa prinsip yang aku pegang, yakni:

Dalam segala hal aku selalu mengedepankan kejujuran. Dengan modal kejujuran itulah, Alhamdulillah aku selalu mendapatkan bantuan, pekerjaan atau proyek-proyek dari kawan-kawan atau kenalanku. Tanpa kejujuran, percayalah, kita bukanlah apa-apa. Kita hanyalah seonggok daging yang tak berarti.


Insya Allah aku peka dan perhatian pada kawan-kawanku.
Aku hafal lebih dari 100 nomer telepon atau HP kawan-kawanku. Aku juga hafal lebih dari 100 tanggal lahir kawan-kawanku. Aku pun juga hafal lebih dari 100 plat nomer kendaraan kawanku. Aku biasakan diriku mengucapkan selamat ulang tahun pada setiap kawanku, kecuali bagi dia yang tidak mau diberi ucapan (tentunya dengan alasan yang kuat). Terkadang aku mengulurkan bantuan dulu pada kawanku, meskipun mereka tidak memintanya. Karena aku yakin tidak semua orang berani meminta bantuan pada orang lain.


Persahabatan ibarat jual beli
. Pada dasarnya hidup ini adalah tentang menjual diri. Ya, hidup ini adalah bagaimana kita menjual diri kita. Kita menjual diri kita dengan segala sifat-sifat kita. Kejujuran, kebaikan, penolong, kasih sayang, dll adalah yang kita jual pada orang-orang disekitar kita. Mereka membeli diri kita sesuai dengan apa yang kita jual. Jika kita menjual dan memberikan pelayanan dengan baik, maka orang lain akan berani bayar mahal untuk membeli diri kita.

Untuk itu, aku beranikan diri memastikan bahwa seseorang yang mampu menjual dirinya dengan baik, maka meskipun ia adalah orang miskin maka ia memiliki nilai yang sangat tinggi. Insya Allah, aku sudah membuktikan. Aku bisa mendapatkan uang disetiap kawan dan relasiku tanpa aku meminta apalagi mengemis.
Lakukan prinsip-prinsip menjual dalam persahabatan, maka lihat dan rasakan betapa diri kita sangat bernilai.

Teman memiliki ruang yang cukup besar dihatiku selain agama dan keluargaku. Aku selalu menikmati persahabatanku dengan kawan-kawanku. Aku menjalin persahabatan dengan siapa saja, aku punya teman yang kaya, akupun juga punya kawan anak-anak jalanan. Aku punya teman yang sangat alim, aku juga punya teman baik seorang preman. Aku punya teman berumur 82 tahun, aku pun juga bersahabat dengan murid-muridku yang masih SD, SMP, SMA. Aku punya kawan di semua daerah di Indonesia.

Persahabatan adalah sebuah nikmat yang tak terkira bagiku. Mungkin aku tidak pernah merasakan nikmatnya tidur di kasur empuk dan ber-AC, atau aku juga belum pernah membawa kendaraan setir bundar, namun aku sangat bersyukur dengan persahabatan ini. Sangat nikmat rasanya.

Label:

3 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

assalaamu'alaikum...

congratulation for your maintain to your freinds, for your serve tou your freinds.

alhamdulillah, kemarin sebelum semuanya ku kubur dalam2, saya punya banyak teman dan sahabat.

aku setuju dengan kejujuran dan menjual diri (saya menyebutnya pelayanan sebagai implementasi dari sebuah pengabdian pada Alloh).

saya selalu mencoba maintain persahabatan saya hingga darah penghabisan dimana persahabatan ini dikehendaki. ya...saya gagal di sini. persahabatan saya harus habis sehabis-habisnya atas keinginan sahabat saya. entah mengapa...hingga kini saya tidak pernah tahu, hingga saya putuskan untuk tidak mau tahu dan tidak ingin tahu.

bukan saya mendendam pada sahabat saya. saya masih sering bertemu mereka dan saya selalu sempatkan untuk silaturahmi satu arah pada mereka. mengapa saya katakan satu arah? itu karena hanya saya yang berkunjung tanpa mendapatkan kunjungan dari sahabat saya. sekali lagi, saya tidak tahu mengapa.

beberapa orang yang saya anggap sebagai teman, memperlakukan saya lebih baik dari sahabat saya (saya minta maaf pada teman2 saya karena menganggap hanya seorang teman). teman yang memberikan saya makan ketika saya tidak mampu makan. teman yang dapat saya gapai tangan mereka saat saya membutuhkan bantuan, tapi tidak dengan sahabat saya. sahabat saya hanya bisa quiet. tapi ini bukanlah sebuah tuntutan, saya tidak pernah sedikitpun menuntut pada sahabat saya seperti telah dikatakannya pada teman2 lain.

hingga akhirnya saat ini saya putuskan untuk tidak memiliki sahabat (mohon maaf bila ini menyakitkan). seperti sebuah trauma yang hingga kini tidak bisa saya hilangkan. karena sakitnya lebih sakit dari putus dengan seorang kekasih.

tapi sebenarnya saya masih memimpikan persahabatan seperti yang didendangkan sindentosca (awakmu ngekeki komen sing menghiburku)

tapi alhamdulillahnya, paling tidak saya sudah bermanfaat bagi kehidupan sahabat2 saya, hingga kini. meski mereka enggan untuk mengenal saya, saya tidak akan lelah untuk lebih mengenal mereka meski mereka selalu menutup pintu saat saya mengetuk hati dan pikiran mereka.

mungkin saya memang bertemu dengan orang yang salah sebelum saya bertemu dengan orang yang benar...

sekali lagi, congratulation for your freindship...

Rabu, Desember 17, 2008 3:37:00 AM  
Blogger ghosty1st mengatakan...

wah mas, aku turut sedih dengan apa yang kamu alami.
aku hargai apa yang jadi prinsipnya mas.
berkawan terkadang emang gitu....
aku pun juga kadang terjebak dengan kata"sahabat", dan ternyata yang selama ini aku anggap "teman" malah memperlakukan aku lebih dari teman.
jadi aku sih tidak terkukung pada text, tapi aku lebih cenderung pada bagaimana bagaimana hukum aksi reaksi akan berlaku.

pun begitu, aku juga tak pernah menafikkan kalo kadang suatu saat teman-2 akan sadar akan sp diri kita.
jadi anggaplah itu sebagai "tabungan"sahabat yang bisa mas petik kapan pun mas mau....

great.....

Jumat, Desember 19, 2008 5:46:00 PM  
Anonymous Anonim mengatakan...

Thanks Gust,
sometimes saya pingin kembali punya sahabat, but saat itu juga saya teringat pada sahabat2 saya. tanpa hendak menyalahkan siapapun, mungkin iki adalah proses pendewasaan untuk menerima seseorang atau lebih sebagai diri mereka sendiri.

tentu bukan hal mudah, terutama kanggo awakku dewe, karena sampai saat ini saya masih belum bisa mengalahkan pikiran saya tentang sebuah persahabatan. bukan nggak ingin kecewa lagi, tapi saya khawatir membuat kecewa sahabat2 baru saya.

Just keep contact and make one to eachother have new spirit...

Senin, Desember 22, 2008 4:14:00 AM  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda